Hellooowww....dearest...!!
Di hari ketiga ini saya akan melanjutkan perjalanan menuju ke Melaka/Malacca. Postingan sebelumnya dapat dilihat disini . Melaka merupakan destinasi menarik untuk dikunjungi karena Kota Melaka memberikan atmosfer yang membuat kita kembali ke masa era zaman dahulu dan jika berada di Melaka akan merasakan suasana perpaduan antara budaya Asia-Eropa
"Melacca, Malaysia is a historical city centre and listed one of UNESCO World Heritage Site . Some popular historical attractions in Melcca are St. John’s Fort, Fort A Famosa, St. Peter’s Church, St. Pauls’s Church, Christ Church, Francis Xavier Church, Stadhuys, Cheng Hoon Teng Temple and Jonker Street and many more!"
KL Sentral – Bandar Tasik Selatan (dengan KLIA transit, 4.2 RM) – Melaka Central Station (dengan Bus, 10 RM). Total biaya untuk perjalanan cuma 14,2 RM, murah kan? :D
Menuju BTS |
Suasana di dalam BTS |
Di luar Terminal |
Kebayangkan segede dan sebagus apa terminal BTS....huumm..kapan Indonesia punya terminal sebagus dan senyaman ini ????...:D.
Sesampainya di Terminal Bus Melaka Sentral, saya melanjutkan perjalanan dengan Bus Panorama menuju pusat Kota Melaka, kalau tidak salah bus nomer 18 tujuan Bangunan Merah. Oh ya kalo membeli tiket keberangkatan jangan lupa membeli tiket pulangnya, karena di khawatirkan kehabisan, dan tentukan pula waktu yang kamu butuhkan disana. Setelah bus berangkat, sampailah saya di stadhuys atau yang dikenal dengan Bangunan Merah. Disebut dengan Bangunan Merah, karena di kawasan tersebut banyak bangunan-bangunan tua ala Eropa berwarna merah. Salah satu yang terkenal adalah Christ Church Melaka, yaitu gereja yang dibangun sejak tahun 1753.
Tawar menawar akhirnya dapatlah kami dengan harga RM 36, lumayan mahal seh cuma mau gimana lagi sudah mentok gak bisa turun lagi...hehheheee..
Akhirnya kami berkeliling dengan menggunakan becak, secara otomatis guide kami ya tukang becaknya...hahahhaa....
Sedangkan jarak antara satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya tergolong dekat dan bisa dikunjungi dalam satu hari atau beberapa hari karena lokasinya yang mudah dijangkau dengan jalan kaki. Jika kamu malas berjalan kamu bisa menggunakan jasa becak yang full musik seperti di Jogja. Tarif yang ditawarkan beragam jadi harus pandai-pandailah menawar...:D
Kebetulan hari itu kami malas untuk jalan kaki selain panas juga mengejar waktu, akhirnya kami putuskan untuk berkeliling dengan menggunakan jasa becak. Tawar menawar akhirnya dapatlah kami dengan harga RM 36, lumayan mahal seh cuma mau gimana lagi sudah mentok gak bisa turun lagi...hehheheee..
Akhirnya kami berkeliling dengan menggunakan becak, secara otomatis guide kami ya tukang becaknya...hahahhaa....
*Christ Church Melaka
Pertama kami mengunjungi Stadthuys yang merupakan icon Melaka.
Stadthys pada tahun 1650 merupakan kediaman Belanda. Disamping Stadhuys ada Museum, Gereja Christ Church yang dibangun pada tahun 1753, serta sebuah air mancur yang unik dan di depan Stadthuys terdapat kincir Belanda. Aku paling suka kincir Belanda yang berada di depan Stadthuys.
Kincir angin ini emang keren banget, bentuknyapun di buat ala di Negeri Belanda, buat yang hobi foto pasti tidak lupa untuk menyempatkan diri berpose di depan kincir angin tersebut...:D. Didekat kawasan kincir angin tersebut juga ada Musium/ Muzium Samudera, sayangnya kami tidak sempat masuk ke dalam..hehhee..
*Pora / Porta de Santiago
Pora de Santigo merupakan puing bangunan yang di depannya terdapat meriam tua. Bangunan ini tersusun dari batu bata merah dan di dalamnya terdapat musisi jalanan serta pelukis jalanan. Sayangnya aku tidak menggunakan jasa pelukis jalanan..hehehe..
Perjalanan dilanjutkan menuju Muzium Umno Melaka, karena hari sudah mulai sore, kamipun kemudian kembali ke Christchurch untuk menunggu bis umum yang akan membawa kami kembali ke Melaka Sentral Bus Station dengan tarif RM2 per orang.
Setelah puas jalan-jalan, sekarang saatnya untuk berbelanja oleh-oleh. Wisata memang tak lengkap rasanya jika tanpa belanja oleh-oleh. Kalau boleh saya menyarankan, sebaiknya berbelanjalah di Pahlawan Street Market yang ada di Jl. Merdeka. Di Pahlawan street market kami mendapati harga oleh-oleh yang murah tapi dengan kualitas barang yang lebih bagus dari tempat lain di Malaka, tentunya jangan lupa menawar harganya. :)
Tetapi sebelum kita meninggalkan Melaka, kami menyempatkan diri untuk mengisi kekosongan perut dengan mencoba makanan khas Melaka, yaitu " Chicken Rice Ball ". Berbekal prinsip “yang ramai pasti enak”, kami pun bergabung dalam antrian di satu rumah makan yang menjual makanan ini. Kami sedikit kebingungan ketika akan memesan, karena rupanya rumah makan tersebut tidak menyediakan menu dan pemilik serta pelayannya hanya bisa berbahasa Mandarin, dengan sedikit Bahasa Inggris yang terbata-bata. Setelah menunjuk-nunjuk meja sebelah, kami pun memesan Hainam Chicken Rice Ball porsi dua orang untuk dimakan bertiga rame-rame. Hahahahaa...
Oh iya, jika kamu ingin mencoba melihat kota Malaka dari ketinggian, cobalah ke Menara Taming Sari. Tak perlu takut kelelahan karena harus naik turun tangga, karena menara ini punya deck mekanis yang akan mengantarkan pengunjung ke puncak menara. Kita tinggal duduk dan tungu deck bergerak naik ke atas. Kamu perlu merogoh kocek 40 RM untuk naik menara ini, itulah sebabnya saya tidak naik, hehehe.
Sebenarnya sayang sekali secepat ini meninggalkan Melaka, tapi apa boleh dikata mungkin lain waktu kita akan menginap disini. Padahal di sini setiap malam sangat ramai oleh pengunjung, baik yang menikmati keindahan malam sungai Malaka di cafe-cafe mini pinggir sungai, atau hanya sekedar jalan-jalan menghabiskan malam dengan berbelanja pernak-pernik yang lucu. Huummm...suasananya berasa di Eropa gitu deh, hehehe. Dan di sungai ini pula kita bisa mencoba paket wisata menyusuri sungai menggunakan perahu. Keindahan kota di malam hari, lampu-lampu di pinggir sungai dan cafe-cafe mini yang romantis… cocok untuk bulan madu. Tapi sayangnya saya kesitu bukan untuk bulan madu, karena rombongan saya cewek semua! catat!!...aahhaaayy....
Dan akhirnya perjalanan kami harus diakhiri, karena kami harus bergegas ke terminal untuk mengejar bus dari Malaka Central ke Kuala Lumpur. Untungnya berbekal pengalaman ketika ke GentingHighland, kami telah melakukan persiapan dengan membeli tiket kembali ke KL jadi tidak takut kehabisan. Ini sangat penting buat yang baru pertama kali backpacker melakukan persiapan agar jangan sampai kehabisan tiket. Kalau ingin aman, sebaiknya pesanlah tiket sehari sebelum pulang, atau saat kamu datang langsung belilah tiket pulang sehingga tak perlu takut kehabisan tiket ataupun harus terburu-buru ke terminal bus...:D
Sesampainya di Kuala Lumpur jam telah menunjukkan pukul 8.30 malam, tapi kami masih antusias menyempatkan diri ke Petronas, hahahhaa...karena memang sudah tidak ada waktu lagi, dan keesokan hari kita harus pulang ke Indonesia.
Setelah puas dengan pose ala model ditengah malam kota KL akhirnya kami memutuskan pulang karena LRT terakhir pukul 11.30 malam dan kami tidak mau sampai tertinggal. hehehe...Di dalam LRT akhirnya rasa lapar mendera lagi, aahhaayy...emang dasarnya kita doyan makan...hiikkss....sesampainya di dekat hotel kami mampir di salah satu restoran dan mencoba menu special restoran tersebut. Taraaaaa....
Oke dah, sampai disini cerita perjalanan di kota tua Malaka, semoga postingan ini bermanfaat buat kamu yang berencana ke Malaka. Oh iya satu lagi, kekurangan kota ini adalah di transportasinya. Dari satu tempat wisata ke yang lainnya tidak ada transportasi yang memadai. Hanya ada bus yang datang satu jam sekali atau taksi yang tak berargo sehingga harus tawar menawar. Tapi kamu tidak perlu kecewa, karena jarak tempat-tempat wisata yang saya sebut diatas tadi tidaklah terlalu jauh antara satu dan lainnya, jadi bisa ditempuh dengan jalan sehat alias jalan kaki. Happy Traveling!!! ...
See u tomorrow everybody.....muuaacchh...