Hello bloggiest,....
Sebenernya ne tulisan da lama banget cuma baru bisa aku posting hari ne. Pemandangan lalu lintas malam menjadi teman setiaku ketika aku nongkrong bersama teman-teman. Malam tu aku berjanji mau mentraktir Mz Rahman teman lama ku tapi aku biasa memanggilnya dengan sebutan 'Om', karena dia hobby ngopi akhirnya kami putuskan tuk meluncur ke SOB. Tempat nongkrong yang paling aku suka sejak jaman masih kuliah dulu. Klo lagi penat ma tugas-tugas kuliah kuputuskan hangout bersama temen-teman disini dan menghabiskan sepanjang malem yang dingin ditemani roti bakar dan secangkir kopi susu.
Pikiranku melayang ke percakapan dengan si Om beberapa hari lalu. Percakapan mengenai esensi sebuah kebahagiaan. Yang sukses membuatku termenung sampai sekarang.
“Om, kamu ngrasa bahagia dengan kehidupanmu sekarang gag?”
“Menurutmu?” tanya Om sambil menegak kopi di cangkir."
“Huuuummmm...rancu.” seruku
“Apakah kebahagiaan sebatas jasad saja kah? Yang rapi dilihat mata, santun terdengar di telinga, manis dirasa di lidah?” tanya Om dengan sebuah senyuman.
Aku terpaku .. Berpikir, mencerna kalimat yang barusan terucapkan.
“Bahagia sebatas jasad?” Maksudnya Om???
“Iyah, bahagia jika punya gadget seperti punyamu itu, kerjaan travelling kemana-mana, membeli barang bermerk. Apakah kamu bahagia dengan semua itu?” terangnya panjang lebar seraya mengambil korek dan menyalakan rokoknya.
Aku terdiam lagi, spechless....sambil mengerutkan kening, memonyongkan bibir, dan menggeleng secara spontan. Lelaki didepanku ini selalu membuat aku kehilangan kata-kata.
“Jika kebahagiaan masih terdefinisi dengan panca indra apa itu disebut kebahagiaan? “tanya Om santai sambil mengaduk gula kedalam kopinya.
“Ahh Om selalu rancu, membuatku penasaran, bingung, aku gak ngerti aaaah..pusiing.” kataku ngambek sambil memonyongkan bibir.
Pandangan ku alihkan ke jalanan yang mulai sepi dari padatnya lalu lintas, lampu kota membuat jalanan seperti potongan yang klasik. Enak dipandang mata. Andai Malang sepi kayak gini betah deh tinggal disini.
“Coba dijelaskan lebih detail lagi soal konsep kebahagiaan Om.”
“Kebahagiaan itu sama dengan momentum. Momentum itu sama dengan energi. Tau rumus energi?” Sambil tersenyum jahat....hahahahha....
Si om emang suka bergurau walaupun kata-katanya makjleebbb......
Ahh senyum si Om manis sekali diwajahnya yang semi unik. Senyum yang selalu membuat saya betah berlama-lama untuk ngobrol.
“Lah kok udah nyampe fisika, gimana sih. Apa hubungannya fisika sama kebahagiaan?”
“Ya ada hubungannya mbakyu, katanya". Jadi, energi itu sama dengan mc2 kan. M adalah massa, massa itu dalam kehidupan adalah hal yang stagnan seperti rezeki, kelahiran dan jodoh. Sedangkan C adalah kecepatan, nah kecepatan dalam kehidupan itu adalah hal-hal yang terjadi setiap harinya. Untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan harus bisa mengkolaborasikan kedua hal ini. Dengan satu syarat, bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin. “ terangnya panjang lebar.
“Bisa-bisanya dia mengkonversi rumus abadi itu dalam kehidupan...copas darimana Om, tanyaku" hehehe.... good point.
Jadi, bahagia itu tidak harus menunggu dan tergantung waktu kan. Klo hari ini tidak lebih baik dari kemarin berarti kita tidak bahagia gitu?”kataku sambil menyantap potongan roti bakar yang terakhir.
“Ya iyah to, tapi dalam sehari itu ada banyak kejadian bukan, tidak satu kejadian aja. Jadi pada intinya kita itu tiap hari bisa bahagia dengan cara masing-masing. Yang membuat tidak lebih baik dari hari kemarin itu bersumber dari kemalasan saja.”
Aku suka nglihat Om menyesap kopinya, seakan kopi itu seperti candu yang tak bisa dilepasnya.
“Begitu yaaa…”
“Dan satu hal mbakyu. Hiruplah napas ketenangan, hembuskan napas ketentraman. Niscaya pasti akan bahagia.” Senyum mengembang dari wajahnya yang unik.
Hari semakin larut malem dan percakapan terhenti karena tongkrongan di depan SOB sudah mau tutup dan kami adalah pengunjung terakhir. Sehabis membayar, Om mengantarku pulang ke rumah karena malam semakin larut.
**
Aku menyesap perlahan kopi susu yang perlahan mulai dingin. Ternyata sesederhana itu kebahagiaan. Selama ini kita selalu mencari kebahagiaan yang terlalu tinggi ekspektasinya. Bahwa kebahagiaan itu jika memiliki sebuah keluarga, mempunyai rumah, bergelimang harta, tapi pada dasarnya kebahagiaan itu datang dari kita sendiri, kebahagiaan tu dari hati, bahagia ketika kita melihat segala sesuatu secara sempurna, bagaimana kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Dan disitulah kebahagiaan yang hakiki.
Ku melangkah pelan menuju parkiran. Percakapan itu sangat berkesan, membuat saya menjadi lebih semangat untuk menjadi orang yang bahagia tiap hari, tak terhingga. Senyum mengembang diwajahku, saat melihat layar BBku, sebuah nama yang selalu kurindukan.